watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KAMU COWOK BUKAN


Suatu Kamis di Awal 1988, aku mendarat dengan
pesawat Garuda di bandara Ngurah Rai, Bali pukul
21:30. Setelah selesai urusan di airport, aku keluar
dan bertemu sopir partner kerjaku di Bali. Saat itu
kantor tempat aku bekerja sedang ada proyek di
beberapa propinsi di Indonesia di antaranya Bali.

Aku bertugas untuk mengawasi seluruh
pekerjaan sehingga acap kali terbang kesana
kemari dan paling sering yang kusinggahi adalah
Bali, rata-rata 2 kalisebulan aku kunjungi Bali
selama 2-3 malam.
“Selamat malam Pak Virano, ini kunci mobilnya..”
dia memberi kunci mobil Mazda 626 milik
majikannya padaku. Memang partner kerjaku ini
selalu menyediakan mobilnya untuk aku pakai
selama aku berada di Bali.

“Bapak mau kemana sesudah ini..?” tanyaku.
“Langsung ke S.., jam 11 Pak Arif akan datang
kesana” katanya.
S adalah nama sebuah club di Kuta yang cukup
terkenal banyak didatangi oleh orang-orang lokal,
jarang ada orang bule disana. Memang Arif
partner kerjaku ini mempunyai beberapa club di
daerah Kuta, tapi kantornya sendiri ada di S.

“Kalau gitu Bapak ikut saya saja ke hotel, saya
mandi sebentar lalu kita sama sama ke S”, ajakku.
“Boleh Pak, nanti saya tunggu di hotel”, ujarnya.
Sesampai di Pertamina Cottage yang tidak jauh
dari airport, aku check-in dan segera mandi lalu
berangkat ke S. Pada jam 10:45 aku sampai
disana. S masih sepi. Resepsionis yang sudah
mengenalku berkata..
“Pak Arif barusan telepon, dia datang kira kira jam
11:30, Bapak dipersilakan menunggu di dalam.

Kalau ingin minum, pesan saja Pak, mari saya
antar ke dalam”
“Mau duduk di mana Pak?” tanyanya kembali
sesampai aku di dalam.
Suasana agak remang tapi masih bisa melihat
jelas dari ujung ke ujung, musik pun sudah
terdengar agak keras. Aku memilih duduk di bar.
Terdapat sekitar 7 kursi bar di sekitarnya, aku pilih
yang pojok kiri, di sebelahku ada seorang laki-laki
duduk sambil menikmati segelas bir. Aku pesan
Cointreau On The Rock double.
Kuperhatikan ada seorang gadis duduk di ujung
bar sebelah kanan, sendirian, berpakaian cukup
sexy, celana pendek ketat bahan kaos bermotif
garis merah putih dengan alur melintang serta
atasan menyerupai baju senam pendek sebatas
bawah buah dadanya sehingga memperlihatkan
perutnya yang putih mulus, tanpa lengan, ketat
menempel di tubuhnya dengan bahan dan motif
yang sama. Rambut tergerai panjang
sepunggung dan dada yang tampaknya padat
menonjol menggairahkan, kaki putih panjang
mengenakan sepatu boot hak tinggi. Kuperkirakan
mungkin tingginya sekitar 167 cm dan berat kira
kira 50 Kg, langsing dan sangat cantik.
Terlihat dia sedang menikmati segelas Stawberry
Margarita. Setelah beberapa saat, aku lihat
gelasnya hampir kosong. Aku katakan pada
bartender agar dibuatkan satu Strawberry
Margarita seperti yang diminum gadis itu. Setelah
selesai, aku pegang dengan tangan kananku,
sedangkan tangan kiriku memegang gelas
minumanku. Lalu aku hampiri dia.
“Hai.. Kita minum sama sama ya, namaku
Virano” kataku di hadapannya sambil aku
sodorkan gelas yang berada di tangan kananku.

Dengan tersenyum dia ambil gelas Margarita itu
dari tanganku.
“Wah.. Berhasil” kataku dalam hati.
Namun masih dengan tersenyum pula gadis itu
memiringkan gelas tersebut sampai semuanya
tumpah ke lantai, aku terkejut melihatnya dan
rasanya muka ini panas membara mungkin
karena marah atau malu aku tidak tahu. Tapi
dengan santainya dia berkata:
“Terima kasih, minumannya enak sekali dan
sudah habis..” bicaranya sangat sinis sekali.

Aku kembali ke tempat dudukku dengan
menahan rasa malu. Tak lama, seorang waitress
membisikiku..
“Kalau Bapak sudah selesai dengan dia, bapak
ditunggu Pak Arif di kantornya”, ternyata waitress
ini mengetahui kejadian barusan. Aku habiskan
minuman dan berjalan ke lantai 2 tempat Arif
berkantor.

“Vir, sorry ya, lama nunggu gua, mau minum
apa, gua pesan ke bawah ya” kata Arif.
“Tidak usah, gua baru minum 2 gelas double di
bawah tadi” jawabku.
Lalu kami sibuk membicarakan pelaksanaan
proyek dengan salah satu BUMN besar yang
cabangnya ada di Denpasar dimana pelaksanaan
untuk Bali dan NTT aku serahkan pada Arif
dengan bagian sebesar 15% dari total proyek
hingga dia bisa membeli 2 mercy Bulldog E300
terbaru saat itu. Arif sangat diuntungkan karena
segala pengaturan baik harga maupun lainnya
sudah aku selesaikan di kantor pusat. Arif hanya
tinggal menyediakan perusahaannya untuk
dipakai dan pengurusan administrasi paper work,
oleh sebab itu kalau aku datang ke Bali, aku selalu
dinomorsatukan oleh dia.


Telepon di samping mejanya berdering, lalu
diangkat oleh Arif.
“OK, naik saja, aku lagi sama bossku dari Jakarta”
katanya di pesawat telepon. Tak lama pintu yang
di belakang tempat dudukku terbuka. Aku tidak
menoleh, tiba tiba terdengar suara..
“Ooh.. Nanti saja dah, aku di bawah dulu..”
terdengar suara seorang gadis dengan nada
terkejut.
“Ee.. Rara, masuklah sebentar, ini kenalkan
bossku baru datang dari Jakarta” panggil Arif.

“E.. E.., nggak usahlah, nanti lagi saja,
minumanku belum habis di bawah..” nada ragu
ragu kembali terdengar.
“Ayolah.. Sebentar saja, nanti aku panggil waiter
suruh bawa minuman kamu, atau bikin baru
saja” paksa Arif.
Aku tetap tidak menoleh, perasaanku sudah
mengatakan bahwa dia adalah gadis yang
sombong tadi dan aku harus pasang strategi.
Dengan terpaksa dan perlahan dia menghampiri
meja Arif.
“Rara, Virano bossku dari Jakarta, Virano, Rara,
dari Jakarta juga, tapi sering berada di Bali” Arif
memperkenalkan kami.

Perlahan gadis itu menjulurkan tangannya padaku
dengan tampang ditekuk habis tanpa senyum.
Aku menatap matanya dengan tajam, kuarahkan
mataku dari ujung kepala sampai ujung kakinya,
kutelanjangi dia dengan mataku lalu kembali
kunaikkan mataku dan kutatap matanya dengan
tajam. Terlihat dari sinar matanya seakan dia
dalam suatu perangkap ketakutan sendiri.
Tanganku tetap berada di paha, tidak kujulurkan
untuk menyambut ajakan berjabatan tangan
Rara, lalu aku menolehkan pandanganku pada Arif
sambil berkata..
“Jadi besok lu jemput gua ke hotel atau lebih dekat
kalau gua ke kantor lu aja jam 10-an, gua sudah
telepon mereka untuk pertemuan besok jam 11 di
kantornya”.
Arif dalam keadaan terbengong bengong
melihatku tanpa suara, pandangannya dialihkan
ke Rara seakan bertanya sesuatu yang sangat
mematikan. Seketika Rara berlari keluar dari
kantor Arif.

“Heh, ada apa ini.., nggak sopan lu sama cewek”
sergah Arif. Aku ceritakan kejadian di bar tadi, dan
Arif berkomentar..
“Rasain, kali ini kena batunya dia, pasti dia malu
sama gua.. Dia lagi ngejar gua nih, gua nggak
mau. Selama ini dia memang sok jual mahal
sama semua cowok di sini. Dia seorang model
dan peragawati Jakarta yang baru mau muncul di
permukaan” Arif bercerita.
Akhirnya setelah selesai urusanku dengan Arif,
aku kembali turun ke bawah setelah mengambil
kunci 626 di mejanya. Lalu aku kembali ke bar
dan memesan gelas ketiga, tampak Rara masih
duduk di ujung sambil memutar duduknya
begitu melihat aku duduk di situ. Aku kembali
memesan satu Margarita dan aku hampiri dia.
“Rara, untuk gelas kedua ini, kalau kamu mau
siram ke lantai, biar aku yang siram buat kamu,
tapi kalau kamu mau minum, mari kita berkawan
sejak saat ini dan maafkan aku” aku berkata.

Dia tatap mataku, kuberikan senyuman lebar dan
manis sambil mengangkat bahuku untuknya.
Perlahan tapi pasti, dia tersenyum dan
mengambil gelas dari tanganku dan disentuhkan
pada gelasku untuk toast. Kami minum bersama
sama. Aku dekati telinganya lalu berbisik..
“Maafkan aku ya tadi di dalam..”
“Maafkan aku juga, tapi kamu jahat bikin malu aku
did epan Arif” protesnya.
“Kamu juga bikin malu aku di depan para
pegawai Arif, hayoo.. Parah mana”
Dia mencubit lenganku. Kutaruh tanganku di
bahunya. Dengan sedikit gerakan menarik,
kepalanya mendekat, dan aku kecup pipinya
kanan kiri.

“Daripada sama-sama malu, lebih baik kita pergi
dari sini, antar aku makan, soalnya aku alergi.
Kalau malu, perut langsung keroncongan..”
gurauku.
“Huuh, pake alasan aja, bilang aja mau ajak aku
keluar dari sini” jawabnya menggoda. Kami
duduk di restoran di depan S, di lantai 2 yang
menghadap ke jalanan sambil mengobrol ngalor
ngidul. Selesai makan, 2 gelas Cointreau double
dan 3 gelas Margarita kami tenggak lagi sampai
kulihat jam telah menunjukkan pukul 1:30 pagi.
Rara, asal Jawa Tengah, besar di Jakarta, berumur
23, baru selesai kuliah jurusan ekonomi, sekarang
sedang meniti karier di bidang modelling dan
dunia peragawati, tinggi 169 cm, berat 52 Kg
yang semampai.

“Rara, kamu tinggal dimana? Besok aku ada
meeting, jadi musti istirahat” sengaja aku tidak
menawarkan untuk mengantar dia, walaupun aku
ada kendaraan yang aku bawa sendiri.
“Aku di Sanur..” jawabnya. Wow, cukup jauh
juga. Dalam keadaan normal, aku tidak akan
pernah membiarkan seorang wanita untuk
pulang sendiri apalagi malam/pagi hari begini, tapi
saat itu aku masih ingin menunjukkan
keacuhanku.
“Kamu bisa pulang sendiri nggak, karena hotelku
dekat di sini”
“OK, nggak apa, banyak mobil sewaan kok”
jawabnya agak kesal.
“Bener nih, atau aku antar aja ya” kataku, sengaja
membuka front. Mungkin dia juga sudah
kepalang gengsi hingga menjawab..
“Bali kan jauh lebih aman dibandingkan Jakarta,
kalau aku dibiarkan pulang sendiri di Jakarta, aku
nggak bakal mau kenal kamu lagi” jawabnya
diplomatis.

“OK deh, hati hati ya” aku dekatkan bibirku dan
mengecup pipi kiri dan kanannya sambil
kupegang belakang telinganya, akhirnya
kudaratkan ciuman ringan pada bibirnya.
Otomatis dia pun membalas ciuman bibir
tersebut.
“Besok jam 10 kita ketemu di sini lagi ya” bisikku
di telinganya sambil kuhembuskan nafas hangat
ke dalam lubang telinganya. Dengan sedikit
menggelinjang, dia menjawab..
“Deal” katanya mantap. Akhirnya kami pulang
berlainan arah. Aku kembali ke hotel sambil
membayangkan yang akan terjadi esok malam.

Setelah seharian cukup lelah mengurus pekerjaan
dengan Arif, aku kembali ke hotel jam 4 sore.
Masih cukup waktu untuk santai berenang di
kolam renang hotel. Pertamina Cottage adalah
bangunan tua yang belum direnovasi seperti
sekarang ini, saat ini sebuah cottage yang sudah
berubah menjadi 2 kamar hotel, sedangkan dulu
masih berupa satu kamar dengan ukuran luas,
sehingga sangat nyaman tinggal disana. Salah
seorang presiden Amerika pernah tinggal di salah
satu suite di sana dengan kaca anti peluru. Salah
satu mantan Presiden Indonesia pun mempunyai
cottage khusus yang konon tidak pernah
disewakan pada tamu lain.


Aku masih sempat tidur sekitar 3 jam dan pada
jam 10:15 malam aku tiba di S dan Rara sudah
duduk di bar. Tampak minumannya baru
www.ceritaindo.sextgem.com berkurang sedikit, tanda bahwa dia juga baru
datang. Malam ini dia tampak lebih cantik dan
anggun dibanding kemarin, mengenakan rok tipis
terusan warna hitam agak span dengan belahan
di sisi kiri sampai pertengahan pahanya,
potongan dan bahan roknya sedemikian rupa
sehingga menempel ketat di tubuhnya. Leher
berbentuk V lebar yang cukup rendah, terlihat
jelas sebagian buah dadanya yang montok.

Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan bentuk
lehernya yang jenjang.
“Sorry, aku terlambat ya.. Cukup lelah seharian
bareng Arif ngurusin kerjaan, jadi aku ketiduran,
kamu sudah lama?” tanyaku basa basi. Aku kecup
pipi kiri kanannya.
“Nggak juga, cuma baru 3 jam, tadi sempet
bantuin bersihin meja di sini”, jawabnya dengan
riang. Aku tahu dia hanya menggoda.

“Wah, rugi deh si Arif kalau tamunya semua kaya
kamu” jawabku.
“Emang kenapa? Terbalik lagi, kalau tamu banyak
yang kaya aku, bakal banyak cowok yang masuk
ke sini tahu..” katanya PD. Memang pada hari
Jumat itu, sudah agak banyak tamu yang datang
dan banyak pula yang memandang ke arah Rara.
“Tamu kaya kamu bikin rugi dong, masa 3 jam
cuma minum 1 teguk, tuh gelasnya masih penuh
he he he” ujarku.
“Aah.. Kamu bisa aja, awas ya aku bales kamu
nanti” jawabnya sambil tangannya mencoba
mencubit hidungku.


Aku tangkap tangannya, lalu aku cium punggung
tangannya, bibirku menelusuri jari tengahnya,
sampai di ujung jari, aku buka mulutku lalu
jarinya kumasukan ke mulutku sambil aku hisap
perlahan-lahan. Rara menarik nafas panjang
terkejut.
“Awas kamu ya, jangan bikin aku horny di sini”,
ujarnya sambil menarik tangannya yang basah
kena liurku.
“Mau temani aku makan nggak?, atau kamu
tunggu di sini, aku makan dulu” aku menggoda
dia.
“Kamu bisa serius nggak sih, masa aku ditinggal
di sini, kan kita janjian malam ini, kalau aku
ditinggal terus ada cowok lain menggodaku
gimana” sambil merajuk dia berkomentar.

“Menggoda itu hak mereka, mau atau nggaknya
tergantung kamu, di samping itu, bagus dong
ada yang menggoda kamu, itu artinya cewekku
laku, aku nggak salah pilih dan itu bukan pasti lagi
karena ini malam minggu Non, 10 menit aku
tinggal kamu, 10 cowok juga akan mengerubung
di sini”
“Untung sudah sadar kamu, yuk kita makan, aku
juga lapar nih” katanya sambil menggandeng
lenganku keluar dari S. Kami menuju warung
Made, makan dan minum sampai jam 12 malam.
Aku sudah agak pusing kebanyakan minum.
“Kita teruskan mengobrol sambil minum di
hotelku ya” uajrku akhirnya. Langsung aku bayar
bon tanpa menunggu jawaban dan aku peluk
bahunya sambil berjalan ke arah mobil. Rara
melingkarkan tangannya di pinggangku, rupanya
Rara pun mengerti bahwa itu adalah pernyataan,
bukan pertanyaan.

Kebetulan bar dan coffe shop di hotel sedang
direnovasi, jadi kami berjalan menyusuri
beberapa cottage menuju kolam renang. Di sana
ada restoran yang buka sebagai pengganti coffee
shop dan bar. Di tengah perjalanan, aku
lingkarkan tanganku ke bahunya. Tidak terasa ada
tali BH di pundaknya. Lalu tanganku kuturunkan
ke punggungnya, kutemukan kaitan BH di sana,
rupanya Rara memakai BH model strapless.
Kucari kaitannya, cuma satu. Dengan sekali
sentakan antara telunjuk dan ibu jariku,
terlepaslah kaitannya.
“Vir, gila kamu ya, lepas nih BH-ku” katanya
sambil memukul bahuku.
“Aku rasa lebih indah kalau kamu nggak pake BH,
sekarang mau aku yang lepas atau kamu lepas
sendiri” aku tersenyum.

“Kalau orang-orang liat gimana, kan aku malu,
lagian nanti kamu marah aku diliatin banyak
orang” ujarnya sambil tangannya menarik BH
dari balik bajunya dan disimpan di tas kecilnya.

“Kenapa musti malu, kan putingnya masih di
dada, belum di perut” bisikku sambil tertawa kecil.
“Makin banyak orang yang liatin kamu, semakin
bangga aku jalan sama kamu” kataku mantap
hingga dia tidak berkomentar lagi.
Dengan bahan pakaian tipis dan menempel ketat
di kulit Rara seperti itu, jelas sekali terlihat bentuk
buah dadanya yang indah bulat dan menantang
tegak, terasa sekali masih sangat kenyal waktu dia
melingkarkan tangannya di lenganku sampai
menekan buah dadanya.
Akhirnya kami sampai di restoran. Di tepi kolam
renang masih ada beberapa tamu di sana. Setelah
selesai makan, kami duduk-duduk di tepi kolam
renang menggunakan 2 kursi pantai yang biasa
dipakai untuk berjemur. Kami mengobrol dari
ujung ke ujung, bercanda riang dan diselingi oleh
ciuman dan rabaan.


Sampai akhirnya Rara berbalik, naik duduk di atas
pahaku dan menarik leherku, kami berciuman
dengan penuh gairah dan panas. Kucium bibir
Rara dari ujung kiri sampai ujung kanan diiringi
gigitan-gigitan kecil. Rara pun tak mau kalah,
dimasukkannya lidahnya ke dalam mulutku
mencari lidahku, tanganku menjalar sepanjang
dadanya, kuremas buah dadanya satu persatu,
kupelintir putingnya. Rara terengah-engah
kenikmatan sambil tangannya meremas penisku
yang telah menegang.
Cukup lama kami berciuman sampai akhirnya
kami kecapaian sendiri dan kembali kami duduk
menghadap kolam, kulirik ke arah restoran.
Beberapa orang tampak melihat ke arah kami
duduk. Kulihat sudah jam 2:30 pagi, pada jam 9
aku harus ke airport pulang ke Jakarta.

“Rara, pulang yuk, aku harus ke airport jam 9
besok pagi, pulang ke Jakarta” ajakku. Rara diam
tidak berkomentar. Setelah kutanda tangani bon,
aku ajak Rara jalan menuju ke arah jalan masuk
tadi.
“Kali ini aku antar kamu pulang ke Sanur ya”
bisikku. Rara masih diam, aku tidak berani melihat
wajahnya. Sewaktu kami berjalan di antara
beberapa cottage, tiba tiba Rara mencengkeram
lenganku keras sekali.
“Virano, kamu laki-laki bukan sih?” suaranya
tegas, mantap dan agak mengejutkanku. Sekejap
aku bingung untuk mencari jawabannya, padahal
aku sudah tahu arahnya. Aku berhenti dan
menarik dia ke pelukanku dengan erat.
“Kamu mau?” dengan sangat lembut aku bisikkan
di telinganya. Dia hanya mencium bibirku dengan
lembut tanpa nafsu sama sekali sambil berkata
lirih..
“Sejak kemarin..”, lalu aku ajak dia untuk berbalik
arah menuju cottageku yang memang telah kami
lewati sedari tadi.

Sesampai di dalam, tanpa berkata-kata lagi,
kujelajahi leher jenjang Rara dengan lidahku. Rara
pun menengadahkan kepalanya untuk memberi
ruang lebih luas buatku untuk bergerak. Kujilat
belakang telinganya, kemasukkan lidahku ke
dalam telinganya.
“Ooh.. Kamu kejam, sejak kemarin aku
merindukan seperti ini” desah Rara.
Kucium dengan lembut bibirnya, demikian pula
dia. Lama kelamaan ciuman kamu semakin hot,
saling berebut mencari lidah masing-masing
sementara tangan Rara sudah berhasil membuka
celanaku dan terjatuh ke bawah. Sekarang Rara
sibuk untuk membuka kemeja lengan pendekku
sehingga aku tinggal memakai celana dalam. Aku
pun tak tinggal diam, kutarik sangkutan baju Rara
dari bahunya dan kuperosotkan ke bawah
sehingga tinggal G-String yang melekat di
tubuhnya. Kuraba vaginanya, bulu-bulu tipis
menyelimuti sekitar vaginanya. Kucoba mencari
liang vaginanya melewati klitorisnya.
“Vir.. Jangan siksa aku lagi kali ini.. Oohh..”
katanya lirih bergairah.

“Aku janji Ra.. Kamu akan dapat yang terbaik..”
kataku sambil memasukkan jari tengahku ke
dalam liangnya.
Rara mencari penisku di balik celana dalam, dan
diremas remas serta dikocoknya, penisku yang
memang sudah tegang segera menyembul dari
balik celana dalam. Perlahan tapi pasti, kami
menggerakkan kaki kami ke arah ranjang yang
berukuran king size sambil melepaskan celana
dalamku.
Aku didorongnya sehingga telentang tiduran dan
Rara menindihku sambil terus menciumi leher
dan turun ke dadaku. Dihisapnya kedua putingku
sambil tangannya terus mengocok penisku.
Sesampainya ke arah perut, Rara tidak
melanjutkannya ke bawah, tetapi balik lagi
mencium bibirku sambil berusaha membuka
celana dalamnya dan mengarahkan penisku ke
liang vaginanya. Hmm, aku sudah dapat
mengukur tingkat permainannya. Aku menahan
pantatnya agar tidak diturunkan lalu aku balikkan
badannya sehingga sekarang dia berada di
bawah.
“Rara, kamu tidak boleh menolak, nikmati saja
apa yang akan kuberikan padamu” ujarku.

Kucium bibirnya, turun ke putingnya kiri kanan,
kujulurkan lidahku berputar putar di putingnya
lalu kuhisap putingnya bergantian sambil jari
telunjukku berputar-putar di klitorisnya.
“Ohh.. Uuhh.. Ennaak banger Vir.. Terus lebih
kencang” teriaknya. Lidahku kuturunkan ke
perutnya, kujilat pusarnya sampai sekeliling
pinggangnya, lalu kususuri bulu bulu tipisnya dan
akhirnya lidahku menemukan klitorisnya. Tiba
tiba, Rara menahan kepalaku.
“Jangan Vir, aku belum pernah dioral
sebelumnya” rintihnya.
Tak kupedulikan rintihannya, lidahku terus
berputar putar dan menghisap klitorisnya. Rara
kelojotan keenakan, kepalanya dilempar ke kiri
dan kanan, tangannya meremas kepalaku dengan
keras, tak lama terasa pantatnya mengejang dan
Rara berteriak sejadi-jadinya..
“Vir.. Aku keeluuarr.. Ooh..”
Sekitar beberapa detik badannya mengejang,
terasa vaginanya semakin basah dan ada lendir
yang keluar. Aku jilat dan hisap semuanya. Aku
teruskan pengembaraan lidahku di vaginanya, kali
ini aku permainkan bibir vaginanya dengan
bibirku, kujelajahi seputar bibir vaginanya
menggunakan lidahku, lalu kumasukkan sedalam-
dalamnya ke vaginanya. Kuputar lidahku di dalam
vagina Rara yang halus.


“Terrus Viir, aku bisa kelluaar lagi, ooh..
Auuchh..” beberapa saat teraaa kembali cairan
nikmat memenuhi liang vaginanya, pertanda
orgasme yang kedua buat Rara. Akhirnya
ditariknya kepalaku.
“Sudah Vir, aku nyerah, aku nyerah, gila kamu
ya, ooh sungguh nikmat aku hari ini..” Rara
berceloteh lemas.
Melihat dia lemas, aku menjadi tidak tega untuk
melanjutkan permainan. Aku beristirahat sebentar
sambil meremas-remas buah dadanya. Tak
berapa lama, mungkin Rara tersadar bahwa aku
belum apa-apa hingga ia menarik tubuhku ke atas
tubuhnya. Kunaiki tubuhnya dengan bertumpu
pada tangan dan lututku, kuarahkan penisku ke
vaginanya. Rara membuka kakinya lebar lebar.

“Perlahan Vir..” pintanya.
Penisku menyentuh bibir vaginanya. Kudorong
sedikit, terasa sempit dan kecil sekali vaginanya,
sulit buat penisku untuk masuk. Aku menunduk
lalu membasahi vaginanya dengan ludahku.
Kuulangi mendorong penisku, masih tetap sulit
untuk masuk, tapi lebih mendingan dibanding
yang pertama tadi. Saat sudah masuk sekitar
setengah kepala penisku, kugoyang pantatku ke
kanan dan kiri dengan perlahan dan halus sambil
terus berciuman dengan penuh nafsu dan gairah
hingga akhirnya setengah dari penisku berhasil
masuk. Rara mendelikkan matanya dan berteriak..

“Sakiit Vir”.
Aku berhenti sebentar agar memberi kesempatan
Rara beradaptasi. Saat terasa Rara mulai
menggoyangkan pinggulnya pertanda mulai
dapat merasakan nikmatnya, lalu kembali
kudorong penisku agar masuk semuanya, cukup
sulit walaupun akhirnya dengan perjuangan
antara nikmat dan sakit, penisku berhasil masuk
semua. Kembali Rara terengah-engah sambil
mendelikkan matanya. Aku tahu, dia masih
merasa sakit. Kudiamkan sejenak agar Rara
merasakan sakitnya hilang berganti kenikmatan.
Saat Rara mulai menggoyangkan pinggulnya,
kukedutkan penisku dengan permainan otot
keggel. Rara kembali berteriak dengan kerasnya..
“Vir.. Ampun.. Enaakk amaat..”
Lalu mulai kukocok penisku perlahan, terasa
cairan vagina Rara mulai membasahi sehingga
kocokanku semakin lancar, sambil kukocok
kadang-kadang pada saat masuk semua, aku
tahan sejenak dan kumainkan otot keggelku
kembali hingga tak lama Rara pun orgasme yang
ketiga malam itu.

Penisku masih keras tertancap di vaginanya.
Kurapatkan dan kuluruskan kakinya sambil terus
kumajumundurkan pantatku. Pada posisi ini,
vagina Rara menerima tusukan penisku
bersamaan dengan klitorisnya menerima gesekan
batang penisku, Rara pun berusaha untuk
menggoyang pantatnya mencari kenikmatannya
hingga tidak sampai 5 menit kemudian, kembali
Rara berteriak..
“Vir.. Aku mau keluar lagi, terus Vir gesek, tekan
tekan yang dalam.. Oohh.. Yeeah.. Aku keluuaarr
lagi Vir..” Rara berteriak sambil menggelengkan
kepalanya. Akhirnya Rara ambruk lemas.

“Apa yang harus aku perbuat Vir, aku menyerah
kalah hari ini, tapi aku nggak kapok, aku pingin
lagi..”
Tiba tiba Rara mendorong aku sehingga kami
berguling tanpa melepas penisku dari vaginanya.
Rara duduk di atas penisku yang tertancap dalam
di vaginanya. Rara mulai memutar pinggulnya,
perlahan-lahan semakin lama semakin cepat
sampai seperti penari hula hop dengan kecepatan
tinggi, penisku terasa diremas remas olah vagina
Rara dan..
“Ra.. Terasa mau keluar nih..” ujarku.

Rara semakin mempercepat putarannya dan
akhirnya terasa spermaku meledak di dalam
vaginanya, bersamaan dengan itu Rara pun
berteriak keras-keras, orgasme yang ke 5. Rara
ambruk di dadaku lemas dan nikmat. Terasa
penisku mulai mengecil lalu Rara berguling
telentang di sampingku sambil tangannya
mengenggam penisku. Aku bangkit,
mengarahkan mulutku ke vagina Rara. Terlihat
campuran dua cairan cinta meleleh di vagina
Rara, aku jilat dan hisap sebisanya dari vagina
Rara, kukumpulkan di mulutku.


“Vir, apa lagi yang mau kamu lakukan padaku,
aku bisa mati keenakan nih hari ini..” Rara
mengerang sambil menggoyangkan pantatnya
keenakan. Kulihat Rara memejamkan matanya
sedang menikmati lemasnya badan dan tulang-
tulangnya. Kudekati wajahnya dan tiba tiba
kucium bibirnya. Rupanya Rara dapat merasakan
bahwa mulutku masih belepotan.
“Vir, jorok iih, itu kan spermamu dan cairan
vaginaku..”
Tak kupedulikan protesnya, kutahan kepalanya,
kucium bibirnya dan lidahku menyeruak
membuka mulutnya hingga Rara menyerah dan
membuka mulutnya. Kutumpahkan sebagian
cairan yang ada di mulutku ke mulut Rara. Mula-
mula dia menolak, tetapi lama-kelamaan dia
menjulurkan lidahnya dan kamipun berciuman
dengan hot.


“Ra, tidak ada sedikit pun yang kotor dan jorok
dari tubuh pasangan sex kamu. Kamu harus
memegang prinsip itu apabila kamu ingin
menikmati hubungan sex yang sesungguhnya.
Segala apa yang ada di tubuh pasangan kamu
adalah bersih dan harum dan untuk kamu nikmati
juga untuk kenikmatannya. Dengan cara itu,
kamu akan lebih bergairah dalam berhubungan
sex”, kataku.
Kami tertidur telanjang. Sewaktu bangun aku
terkejut, jam 1 siang, berarti aku ketinggalan
pesawat kembali ke Jakarta. Akhirnya aku telepon
pihak Garuda dan mengubah jadwal pesawatku
kembali ke Jakarta untuk hari Rabu. Berarti masih
ada 3 malam aku akan bersama Rara. Ternyata
Rara mendengar pembicaraanku di telepon
dengan petugas Garuda.
“Vir, terima kasih ya telah kamu tunda
kepulangan kamu, berarti aku masih bisa
mereguk kenikmatan lebih banyak dari kamu dan
juga aku ingin menikmati hubungan sex yang
sesungguhnya” ujarnya gembira.
Selama 3 hari 3 malam, kami jarang keluar
kamar, paling paling untuk makan malam saja.

Selama 3 hari itu juga kami mereguk kenikmatan
sex yang sesungguhnya. Rara sudah berani
mengoralku, bahkan di hari terakhir aku orgasme
di mulutnya dan ditelannya sebagian spermaku.

“Vir, kapan datang lagi?” tanyanya memelas.
“Mungkin 2 minggu lagi” jawabku.
“Kalau mau kesini, masih mau aku temani
nggak?” tanyanya.
“Kalau kamu masih mau, mana mungkin aku
nggak mau, tapi kalau ada cowok kamu gimana?”
balasku.

“Aku janji, kalau kamu datang, biarpun ada
cowokku di sini, aku akan berusaha menemani
kamu” jawabnya.
“OK dah, toh tiap kali datang aku pasti ke tempat
Arif di S, mungkin kita bisa ketemu di sana”
kataku. Pada saat itu belum ada HP.
Pada hari Rabu aku kembali ke Jakarta, dan
memang setiap 2 minggu sekali aku usahakan
pergi ke Bali dengan alasan untuk mengontrol
proyek. Selama itu pula tiada semalam pun aku
lewatkan di Bali tanpa Rara. Namun proyek itu
selesai 6 bulan kemudian hingga aku kehilangan
Rara.

Setahun kemudian, pernah sekali aku bertemu
Rara di Jakarta Ratu Plaza. Kami pun bernostalgia
dan aku ajak Rara ke hotel. Di dalam kamar kami
menumpahkan kerinduan kami dengan bercinta
sepuas-puasnya dan sangat terasa Rara sudah
sangat piawai dalam bercinta, namun Rara tetap
menyisakan misteri. Aku tidak tahu dimana dia
tinggal di Jakarta.


Misteri mulai terkuak karena beberapa tahun
kemudian, wajah Rara mulai banyak menghiasi
majalah majalah serta berbagai berbagai
pagelaran mode selalu menampilkan Rara sebagai
peragawatinya. Tampak dia semakin dewasa
dalam penampilannya, namun aku tidak pernah
berusaha untuk menjumpainya demi menjaga
privacy dia.

Akhirnya sekitar tahun 93, kulihat berita bahwa
Rara akan menikah dengan seorang pengusaha
muda Jakarta yang bisnis utamanya di bidang
pariwisata Bali. Saat itu kudoakan agar
perkawinan Rara langgeng. Tahun 95, saat aku ke
Bali lagi, aku sempat bertemu Rara dengan
suaminya. Dan di penghujung tahun 2000,
kubaca lagi Rara di kematangan usianya sebagai
wanita dewasa yaitu kini menjabat sebagai
direktur utama perusahaan suaminya di Bali dan
mendirikan sebuah perusahaan EO. Aku
bersyukur, dan sampai dengan saat ini
perkawinan mereka masih langgeng dan aku
yakin bahwa Rara tidak menyia-nyiakan
pengalamannya bersamaku dalam membina
hubungan sex dengan suaminya.


Untuk Rara, bila kamu kebetulan juga membaca
cerita ini, buatlah ini menjadi kenangan kita
bersama. Buat mereka yang pernah terlibat dalam
pertemuan kami, mungkin masih akan teringat
bila membaca cerita ini, tapi tidak untuk mereka
yang lain karena nama-nama di cerita ini telah
berubah walaupun masih dengan initial yang
sama. Mungkin suatu saat secara kebetulan kita
masih berkesempatan untuk bertemu lagi, entah
kapan.



Adult | GO HOME | Exit
1/1354
U-ON

inc Powered by Xtgem.com